Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Seorang Pemuda yang Tidak Mampu Menyebut lailaha illallah Saat Sakaratul Mautnya Akibat Mengabaikan Ibunya

Anak yang durhaka kepada ibunya
Pemuda yang durhaka dan tidak bisa menyebut nama Allah saat sakaratul maut


 Bagi seorang muslim yang beriman, Allah SWT tentu memudahkannya untuk mengucapkan syahadat sebelum meninggal. Tapi tidak untuk Al-Qamah. Bahkan, dia merasa sulit mengucapkan syahadat di ranjang kematiannya.

Kisah Al-Qamah yang sulit mengucapkan syahadat menjelang akhir hayatnya diceritakan oleh Syamsuddin Abu 'Abdillah Adz-Dzahabi dalam bukunya al-Kabair. Al-Qamah digambarkan sebagai pemuda yang soleh, taat pada perintah Allah SWT, dan berakhlak mulia.

Al-Qamah juga merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW dan beliau selalu menempati barisan depan setiap shalat berjaah. Banyak yang memuji Al-Qamah karena sifatnya yang saleh.

Lebih dari pemujaan, Al-Qamah juga dikenal sebagai pria yang sangat santun kepada ibunya. Sejak kematian ayahnya, Al-Qamah memastikan semua kebutuhan ibunya terpenuhi. Dia sangat mencintai ibunya.

Perubahan Sikap Al-Qamah Setelah Menikah

Suatu hari, Al-Qamah memutuskan untuk menikahi wanita yang dicintainya.Setelah menikah, Al-Qamah kurang memperhatikan ibunya. Dia asyik dengan pekerjaan rumah tangganya.

Sang ibu kecewa pada anaknya, namun ia memilih diam. Tidak ada yang tahu kekecewaan ibu Al-Qamah kecuali Allah SWT.

Kemudian datang kabar bahwa Al-Qamah sakit. Kondisinya semakin memburuk setiap hari. Ketika terlihat seperti Al-Qamah sedang sekarat, para mitra terus waspada.

Mereka bergiliran mengucapkan syahadat “Laa ilaaha illallaah” ketika melihat Al-Qamah meninggal.

Mereka mencoba mengulang beberapa kali, namun lidah Al-Qamah tidak bergetar dan tidak bisa mengikuti kalimat yang diucapkan oleh temannya, lidahnya mati rasa dan kaku. Meskipun sebagai seorang muslim yang taat, Al-Qamah seharusnya tidak sulit untuk diucapkan.

Melihat kejadian tersebut, salah seorang sahabat melaporkannya kepada Rasulullah SAW.Nabi segera datang dan memerintahkan seorang sahabat untuk menjemput ibu Al-Qamah.

Rasulullah SAW bertanya kepada ibunya, “Apa yang dilakukan Al-Qamah hingga membuatnya bersalah?”

Rasulullah bersabda bahwa jika seseorang berbuat dosa terhadap ibunya, ia harus segera memaafkannya. Ibunya mengatakan anaknya adalah orang yang baik dan taat kepada Allah SWT.

“Wahai Rasulullah, saya sangat sedih, setelah dia menjadi anggota keluarga, dia kurang memperhatikan saya dan karena itu saya tidak memaafkannya,” kata ibu Al-Qamah.

Artinya, kemarahan sang ibu menghalangi Al-Qamah berbicara kebenaran.

Kemudian Rasulullah SAW berseru: “Kalau begitu ayo para sahabat kumpulkan kayu bakar yang banyak agar Al-Qamah bisa dibakar.”

Mendengar perkataan Rasulullah tersebut, ibunda Al-Qamah tidak tega melihat anaknya dibakar.

“Wahai Rasulullah, dia adalah anakku, dan hatiku masih tidak tega melihatmu membakar tubuhnya, dan melakukannya di depan wajahku,” tanya ibu Kama.

“Wahai Bunda Al-Qamah, azab Allah lebih berat dan kekal.Jika Anda ingin Allah mengampuninya, berbahagialah dengannya. Dengan orang yang memegang jiwaku, shalat, puasa dan sedekah Al-Qamah tidak ada gunanya selama kamu masih marah padanya," kata Rasulullah.

Kata maaf keluar dari bahasa ibu Al-Qamah. Saat itu, lidah Al Qamah sangat luwes, dan dia dapat dengan mudah mengucapkan kalimat-kalimat tauhid sebelum meninggal.

Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

“Tidaklah seorang hamba mendapat nikmat Allah, kemudian ia tidak menunaikan hak asuhnya, kecuali Allah menghapus amal baiknya dan menimpakannya dengan siksaan yang pedih.”

Melalui kisah Al-Qamah, kita dapat mengambil hikmah bahwa memenuhi hak orang tua adalah kewajiban. Ridho Allah tergantung restu orang tua. Sayangi selalu kedua orang tuamu agar Allah SWT memberikan kemudahan dalam kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya.

Posting Komentar untuk "Kisah Seorang Pemuda yang Tidak Mampu Menyebut lailaha illallah Saat Sakaratul Mautnya Akibat Mengabaikan Ibunya"