Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Senantiasa Bertaubat Meski Belum Bisa Meninggalkan Maksiat

Bertaubat
Ilustrasi Ahli Maksiat yang Senantiasa Bertaubat
 “Manusia tak pernah luput dari segala salah dan dosa” ungkapan tersebut memang benar adanya, sebab Allah SWT menciptakan manusia dengan akal dan juga nafsu, namun bukan berarti kita sebagai manusia terus menerus melakukan kesalahan dan juga dosa dengan dalih khilaf atau sedang mengalami futur iman . Allah sangat mencintai hamba Nya yang kembali kepadanya, memohon segala ampunan atas dosa dan khilaf yang pernah dilakukan, tak peduli apakah dosa tersebut seluas butiran pasir di pantai, Allah tetap akan mengampuni dosa-dosa tersebut, seperti nama Allah dalam asmaul husna, Al-Ghoffar , Allah yang maha pengampun. Untuk itu, tidak benar jika kita mengakhiri bahwa dosa yang telah kita lakukan tidak akan diampuni Allah, sehingga kita putus asa dalam berdoa dan kembali padanya.

Lantas bagaimana cara kita kembali kepadaNya sedangkan diri sudah terlanjur berbuat maksiat, sudah terlanjur menaburkan dosa? Jawabannya tidak lain adalah menghibur. Bertaubat yang bagaimana? Cukupkah hanya dengan memikirkan Astaghfirullahal azhim? Taubat yang hanya terbatas pada ucapan bibir saja? Tidak. Taubat tak hanya sebatas ucapan istighfar dari mulut saja, tetapi juga yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan juga jiwa, dimulai dengan ucapan. Lalu diiringi dengan penyesalan yang mendalam dan dibuktikan dengan tingkah laku ataupun perbuatan yang menunjukkan bahwa kita memang benar-benar ibadah kepada Allah, taubat yang sebenar-benarnya taubat, atau sering disebut “taubatan nasuha”

Adapun persyaratan diterimanya taubat, sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama, yang terangkum dalam buku Ajalmu Tidak Menunggu Taubatmu Karya Saiful Hadi El-Sutha disebutkan bahwa :

1. Adanya penyesalan karena telah melakukan perbuatan dosa. Rasulullah sendiri mengganggap penyesalan adalah bentuk dari pertaubatan itu sendiri, sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah melalui sabdanya : “penyesalan adalah taubat.” (HR. Ahmad dan lain-lain)

2. Adanya tindakan nyata untuk melepaskan diri dari perbuatan dosa, misalnya dengan menjauhi diri dari segala hal yang bisa menyeretnya kembali ke perbuatan dosa.

3. Adanya tekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa pada kesempatan lain. Sungguh bohong jika ada orang mengaku dirinya sudah nyaman, tapi masih melakukan perbuatan (kesalahan) yang sama.

4. Adanya upaya mengembalikan hak-hak orang lain yang pernah dirampasnya sebagai wujud pertaubatan, ataupun dengan jalan meminta kerelaan pihak yang pernah dirampas haknya.

5. Adanya perubahan nyata dalam ucapan dan perbuatan seseorang, dari yang buruk menuju kepada yang baik.

Di dalam Al-Qur'an Surah At-Tahrim ayat 8 jika kita hendak kembali kepadaNya dengan sebenar-benarnya taubat. Maka Allah SWT pun berkenan menghapus segala dosa dan kemudian melimpahkan keselamatan dan keberuntungan dalam hidup kita.

Rasulullah saja, seorang nabi dan juga rasul, yang terpelihara dari dosa (ma'shum) dan di jamin masuk surga, senantiasa memohon ampunan kepada Allah minimal seratus kali setiap harinya. Bagaimana dengan kita manusia bisa yang berlumuran dosa ini? Masih enggankah kita nyaman kepadaNya? Memohon ampunNya?

Posting Komentar untuk "Senantiasa Bertaubat Meski Belum Bisa Meninggalkan Maksiat"